AJARAN FILSAFAT HIDUP BERDASARKAN AKSARA JAWA
Sebagai orang keturunan Jawa, sedikit kami akan mengupas makna Aksara Jawa sebagai filsafah hidup, suatu upaya kami untuk melestarikan ajaran para pendahulu, sebagai balas budi dan darma bakti kami kepada beliau atas ajarannya akan sebuah arti hidup, lewat karyanya yang sangat besar ini.
Ha-Na-Ca-Ra-Ka berarti ada " utusan " yakni utusan hidup, berupa nafas yang berkewajiban menyatukan jiwa dengan jasat manusia. Maksudnya ada yang mempercayakan, ada yang dipercaya dan ada yang dipercaya untuk bekerja. Ketiga unsur itu adalah Tuhan, manusia dan kewajiban manusia ( sebagai ciptaan ).
Da-Ta-Sa-Wa-La berarti manusia setelah diciptakan sampai dengan data ( saatnya dipanggil ) " tidak boleh sawala " ( mengelak ) manusia dengan segala atributnya harus bersedia melaksanakan, menerima dan menjalankan kehendak Tuhan.
Pa-Dha-Ja-Ya-Nya berarti menyatunya zat pemberi hidup ( Khalik ) dengan yang diberi hidup ( makhluk ). Maksdunya padha " sama " atau sesuai, jumbuh, cocok, tunggal batin yang tercermin dalam perbuatan berdasarkan keluhuran dan keutamaan. Jaya itu " menang, unggul " sungguh-sungguh dan bukan menang-menangan,sekedar menang atau menang tidak sportif.
Ma-Ga-Ba-Tha-Nga berarti menerima segala yang diperintahkan dan yang dilarang oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Maksudnya manusia harus pasrah, sumarah pada garis kodrat, meskipun manusia diberi hak untuk mewiradat, berusaha untuk menanggulanginya.
MAKNA HURUF
Ha : Hana hurip wening suci= Adanya hidup adalah kehendak dari yang Maha Suci.
Na : Nur candra, gaib candra, warsitaning candara= Pengharapan manusia hanya selalu ke sinar Illahi.
Ca : Cipta wening, cipta mandulu, cipta dadi= Arah dan tujuan pada Yang Maha Tunggal
Ra : Rasaingsun handulusih = Rasa cinta sejati muncul dari cinta kasih nurani
Ka : Karsaningsun memayuhayuning bawana = Hasrat diarahkan untuk kesajetraan alam
Da : Dumadining dzat kang tanpa winangenan = Menerima hidup apa adanya
Ta : Tatas, tutus, titis, titi lan wibawa = Mendasar, totalitas, satu visi, ketelitian dalam memandang hidup
Sa : Sifat ingsun handulu sifatullah= Membentuk kasih sayang seperti kasih Tuhan
Wa : Wujud hana tan kena kinira = Ilmu manusia hanya terbatas namun implikasinya bisa tanpa batas
La : Lir handaya paseban jati = Mengalirkan hidup semata pada tuntunan Illahi
Pa : Papan kang tanpa kiblat = Hakekat Allah yang ada disegala arah
Dha : Dhuwur wekasane endek wiwitane = Untuk bisa diatas tentu dimulai dari dasar
Ja : Jumbuhing kawula lan Gusti = Selalu berusaha menyatu, memahami sifat dan kehendak- Nya
Ya : Yakin marang samubarang tumindak kang dumadi = Percaya dan Yakin atas titah / kodrat Illahi
Nya : Nyata tanpa mata, ngerti tanpa diuruki = Memahami kodrat kehidupan
Ma : Madep mantep manembah mring Ilahi = Yakin/mantap dalam menyembah Ilahi
Ga : Guru sejati sing muruki = Belajar pada guru nurani
Ba : Bayu sejati kang andalani = Menyelaraskan diri pada gerak alam
Tha : Tukul saka niat = Sesuatu harus dimulai dan tumbuh dari niat yang suci
Nga : Ngracut busananing manungso = Melepaskan egoisme pribadi manusia.
Adanya hidup adalah kehendak dari yang Maha Suci - pengharapan manusia hanya
selalu ke sinar Illahi - satu arah dan tujuan pada Yang Maha Tunggal - rasa cinta sejati muncul dari cinta kasih nurani - hasrat diarahkan untuk kesajetraan alam - menerima hidup apa adanya - mendasar, totalitas, satu visi, ketelitian dalam memandang hidup - membentuk kasih sayang seperti kasih Tuhan - ilmu manusia hanya terbatas namun implikasinya bisa tanpa batas - mengalirkan hidup semata pada tuntunan Illahi - Hakekat Allah yang ada disegala arah - Untuk bisa diatas tentu dimulai dari dasar - selalu berusaha menyatu, memahami sifat dan kehendak Nya – percaya dan yakin atas titah / kodrat Illahi - memahami kodrat kehidupan - yakin / mantap dalam menyembah Ilahi - belajar pada guru nurani - menyelaraskan diri pada gerak alam - sesuatu harus dimulai - tumbuh dari niat yang suci - melepaskan egoisme pribadi manusia
Hanacaraka atau dikenal dengan nama caraka adalah abjad / alat tulis yang digunakan oleh suku Jawa (juga Madura, Sunda, Bali, Palembang, dan Sasak).
Aksara Jawa bila diamati lebih lanjut memiliki sifat silabik (kesukukataan). Hal ini bisa dilihat dengan struktur masing-masing huruf yang paling tidak mewakili 2 buah huruf (aksara) dalam huruf latin. Sebagai contoh aksara Ha yang mewakili dua huruf yakni H dan A, dan merupakan satu suku kata yang utuh bila dibandingkan dengan kata "hari".
Aksara Na yang mewakili dua huruf yakni N dan A, dan merupakan satu suku kata yang utuh bila dibandingkan dengan kata "nabi".
Beberapa buah aksara itu bisa digabungkan secara langsung untuk membentuk sebuah kata.
Bila diucapkan, susunan aksara tersebut dapat membentuk kalimat:
Hana Caraka (Terdapat Pengawal);
Data Sawala (Berbeda Pendapat);
Padha Jayanya (Sama kuat/hebatnya);
Maga Bathanga (Keduanya mati).
Aksara Jawa, merupakan salah satu peninggalan budaya yang tak ternilai harganya. Bentuk aksara dan seni pembuatannya pun menjadi suatu peninggalan yang patut untuk dilestarikan. Tak hanya di Jawa, Aksara Jawa ini rupanya juga digunakan di daerah Sunda dan Bali, walau memang ada sedikit perbedaan dalam penulisannya. Namun sebenarnya aksara yang digunakan sama saja. Demikian kurang lebih arti dan makna yang tekandung dalam Filsafat Aksara Jawa. Semoga bermanfa'at bagi kita semua. Amein.
http://sunangesengkediri.blogspot.com/2009/04/ajaran-filsafat-hidup.html
אין תגובות:
הוסף רשומת תגובה